Susahnya Sakit di Negeri Sendiri

Susahnya Sakit Di Negeri Ini Indonesia termasuk Negara berkembang, konon cirri khas Negara yang berkembang ialah, masyarakatnya kemaruk. Jika jaman dulu orang terbiasa makan yang dibuat dari Gaplek, seperti Tiwul, Gatot, Sawut, Lemet, Jembleng, kripik, Sedangkan jenis makanan yang berasal dari Jagung, seperti Bulgur, Bledus, dan masih banyak lagi jenis makanan tradisional lainya . Sekarang, jenis makanan di atas sangat sulit itu di dapatkan, bahkan terkesan menjadi barang langka. Memasuki dunia modern, jenis-jenis makanan di atas sudah tidak ada yang berminat, bahkan jarang sekali generasi muda yang tahu namanya. Padahal, orang-orang dulu itu sehat, kuat dan kebal penyakit karena makanan yang dikosumsi tidak terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia, seperti pestisida dan sejenisnya. Orang modern lebih suka makanan istan, seperti Indomie, Mi Sedap, serta banyak ragam jenis makanan dan minuman istan. Padahal, yang demikian itu justru membahayakan. Wajar, karena Indonesia Negara yang sedang berkembang, jadi lagi senang-senanganya makan, walaupun kadang tak mengindahkan kesehatan. Dengan kata lain, orang Indonesia sedang kemarok-kemaroknya. Maka munculah wisata kuliner, dengan berbagai macam menu masakan, yang kadang ( maaf..) tidak halal sering terjadi. Kondisi seperti ini menguntungkan para medis dan dunia parmasi. Jika para dokter kolusi denga parmasi, maka nilai-nilai beneficence (berbuat baik) akan pudar. Di otaknya hanyalah uang dan uang. Sering kali dokter menjadi mata duitan, kolusi dengan industry farmasi menjadi kasus terkenal dan sering terjadi (Lihat, The Doktor: 13). Jika demikian, maka pasien akan menjadi komoditas, dan tidak akan bedaya. Untungnya, baru-baru ini menkes memberikan pernyataan bahwa setiap dokter mesti memberikan obar generic, bukan obat hasil kolusi dengan industry parmasi. Jika ketemu dengan dokter mata duitan, tidak ada yang bisa diperbuat kecuali harus menguras kantong, sementara sakitnya belum tentu dapat pelayanan yang bagus. Paling-paling, jika bertanya sang dokter menjawab’’ Jangan Tanya, walaupun aku jelaskan, sampeyan tidak akan faham. Ini juga yang pernah aku dapatkan….Begitulah susahnya orang sakit di Negeri ini, jika ketemu dengan dokter mata duitan. Oleh karena itu, jika pingin tetap sehat, maka kurangilah makan dan minum, melalui pendekatan puasa. Di samping sehat jasmani dan ruhani, psiologinya juga sehat, dan auranya lebih cerah. Menurut orang pinter yang bernama dokter, mikroba yang masuk dalam perut tidak terlalu banyak.

Tentang Abdul Adzim

Abdul Adzim Irsad, telah menyelesaikan pendidikan sarjana bahasa Arab di Umm Al-Qura University Makkah, sekarang sedang menempuh program S3, jurusan pendidikan bahasa Arab di Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pos ini dipublikasikan di Kesehatan. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar